Everybody who see this blog
I hope this year would be better than Be4!
Have a nice year
Have a nice year
Senin, 29 Desember 2008
Sabtu, 20 Desember 2008
Kamis, 18 Desember 2008
My Favourite
I like reading book
For me the best books and comics are:
- The Chronicles of Narnia by C.S Lewis (1-7)
- Goong by Park So Hee (1-16 until now-has not finished yet)
- Detective Conan by Aoyama Gosho (1-52-
has not finished yet)
- Harry Potter by J.K. Rowling (1-7)
- The Famous Five by Enid Blyton (1-21)
- The Brother Lionheart(Swedish book) by Astrid Lingarden
- Totto-chan by Tetsuko Kuroyanagi
- Haunting of Hiram by Eva Ibbotson
- Yakitate Japan by Hashiguchi Takashi
Senin, 08 Desember 2008
Accel ClAsS??! WhY nOt???
Saya mengangkat tema ini karena saya sendiri siswa dari kelas Akselerasi. Dan saya ingin mengubah pandangan terhadap anak aksel.
Kelas akselerasi (kelas percepatan) mungkin bukan istilah baru lagi dalam dunia pendidikan di tanah air. Di banyak kota, pada sekolah-sekolah tertentu memang telah dirintis adanya kelas-kelas akselerasi tersebut.
Kelas Akselerasi sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan terhadap anak-anak yang mempunyai kecerdasan dan bakat istimewa, seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003, Pasal 5 ayat 4 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Juga Pasal 12 Ayat 1, butir b, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Juga butir f, berhak menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditentukan. Program Akselerasi sendiri dinaungi oleh Direktorat PSLB (Pembinaan Sekolah Luar Biasa).
Kelas akselerasi, di satu sisi memang menjadi media yang tepat untuk memacu potensi siswa secara maksimal, sebab sesuai dengan kemampuannya, siswa benar-benar dipacu di bawah pressure waktu yang tinggi.
Akan tetapi, diakui atau tidak kelas akselerasi pada wajah yang lain seringkali dinilai memunculkan persoalan-persoalan baru, terutama masalah psikis.
Sebagai contoh, kelas akselerasi di banyak sekolah sering dicap sebagai kelas eksklusif di mata para siswa kelas reguler. Munculnya anggapan seperti itu memang boleh saja dianggap angin lalu, namun tidak demikian dengan para siswa.
Namun bagi siswa yang mampu mengikuti ritme di kelas akselerasi, hal itu tidak menjadi persoalan. Beberapa siswa SMP Negeri 2 Jember merasa enjoy di kelas akselerasi. Mereka merasa sama dengan siswa reguler, bahkan masih sempat bercanda dan bercengkerama bersama membicarakan hal-hal lain, tidak musti tentang pelajaran atau segala hal yang berkutat dengan buku.
Seperti yang dikatakan Amalia, siswa kelas akselerasi di SMP Negeri 2 di kelas akselerasi. “Kelas akselerasi buat saya, sama saja kayak di kelas reguler. Memang persaingan ketat, tapi saya ternyata masih bisa punya waktu luang untuk main-main, namun main-main di sini tetap untuk kegiatan yang bermanfaat,” ujar Amalia.
Senada dengan Amalia, Elvia Rahmi, kelas IX aksel justru bisa menikmati kelas akselerasi dan tidak merasa tertekan sama sekali.
”Saya ingin mengubah pandangan masyarakat yang cenderung salah menilai kelas akselerasi. Kebanyakan mereka menganggap siswa akselerasi kutu buku, tidak bisa bermain atau kuper, itu salah. Buktinya saya sendiri masih bisa bermain, bahkan seminggu sekali masih bisa nge-net,” tukas Elvia.
Terhadap persoalan akselerasi, Ketua/Koordinator Program Akselerasi SMP 2, Teguh Budianto mengatakan, kelas akselerasi di sekolahnya sudah didirikan sejak 2003/2004, menjadi salah satu pelayanan anak berbakat dan memiliki kecerdasan istimewa.
Bukan hanya berkonsep mempercepat proses pembelajaran dari tiga tahun menjadi dua tahun saja, melainkan juga menumbuhkan mental anak termasuk membinanya senantiasa.
Kelas akselerasi (kelas percepatan) mungkin bukan istilah baru lagi dalam dunia pendidikan di tanah air. Di banyak kota, pada sekolah-sekolah tertentu memang telah dirintis adanya kelas-kelas akselerasi tersebut.
Kelas Akselerasi sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan terhadap anak-anak yang mempunyai kecerdasan dan bakat istimewa, seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003, Pasal 5 ayat 4 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Juga Pasal 12 Ayat 1, butir b, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Juga butir f, berhak menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditentukan. Program Akselerasi sendiri dinaungi oleh Direktorat PSLB (Pembinaan Sekolah Luar Biasa).
Kelas akselerasi, di satu sisi memang menjadi media yang tepat untuk memacu potensi siswa secara maksimal, sebab sesuai dengan kemampuannya, siswa benar-benar dipacu di bawah pressure waktu yang tinggi.
Akan tetapi, diakui atau tidak kelas akselerasi pada wajah yang lain seringkali dinilai memunculkan persoalan-persoalan baru, terutama masalah psikis.
Sebagai contoh, kelas akselerasi di banyak sekolah sering dicap sebagai kelas eksklusif di mata para siswa kelas reguler. Munculnya anggapan seperti itu memang boleh saja dianggap angin lalu, namun tidak demikian dengan para siswa.
Namun bagi siswa yang mampu mengikuti ritme di kelas akselerasi, hal itu tidak menjadi persoalan. Beberapa siswa SMP Negeri 2 Jember merasa enjoy di kelas akselerasi. Mereka merasa sama dengan siswa reguler, bahkan masih sempat bercanda dan bercengkerama bersama membicarakan hal-hal lain, tidak musti tentang pelajaran atau segala hal yang berkutat dengan buku.
Seperti yang dikatakan Amalia, siswa kelas akselerasi di SMP Negeri 2 di kelas akselerasi. “Kelas akselerasi buat saya, sama saja kayak di kelas reguler. Memang persaingan ketat, tapi saya ternyata masih bisa punya waktu luang untuk main-main, namun main-main di sini tetap untuk kegiatan yang bermanfaat,” ujar Amalia.
Senada dengan Amalia, Elvia Rahmi, kelas IX aksel justru bisa menikmati kelas akselerasi dan tidak merasa tertekan sama sekali.
”Saya ingin mengubah pandangan masyarakat yang cenderung salah menilai kelas akselerasi. Kebanyakan mereka menganggap siswa akselerasi kutu buku, tidak bisa bermain atau kuper, itu salah. Buktinya saya sendiri masih bisa bermain, bahkan seminggu sekali masih bisa nge-net,” tukas Elvia.
Terhadap persoalan akselerasi, Ketua/Koordinator Program Akselerasi SMP 2, Teguh Budianto mengatakan, kelas akselerasi di sekolahnya sudah didirikan sejak 2003/2004, menjadi salah satu pelayanan anak berbakat dan memiliki kecerdasan istimewa.
Bukan hanya berkonsep mempercepat proses pembelajaran dari tiga tahun menjadi dua tahun saja, melainkan juga menumbuhkan mental anak termasuk membinanya senantiasa.
InTrOdUcTiOn!!!
Hi!
My Name is Naesilla. I'm just a student in a state Junior High School. But, not long again, I'll be a High School Student. Do you want to know more about me?
Then, just open the site more and more
And, don't forget to add some comments......
So I can be better than before...
Thank you very much
God Bless You
My Name is Naesilla. I'm just a student in a state Junior High School. But, not long again, I'll be a High School Student. Do you want to know more about me?
Then, just open the site more and more
And, don't forget to add some comments......
So I can be better than before...
Thank you very much
God Bless You
Langganan:
Postingan (Atom)
